Sabtu, 14 November 2015

KUTUKAN

Di usia 5 tahun ia makan sambil tiduran dan menonton TV.
Ibunya berteriak, "Duduklah dan habiskan makanmu atau
kau akan jadi ular."

Lantas ia melirik kakinya. Ia rasa telah meliuk serupa ekor ular.
Gemetar ia usap kakinya sembari berujar
"Kakiku ada dua."

Memasuki masa remaja ia gemar makan di depan pintu sembari
bertukar lauk dengan anak tetangga.
Ibunya berseru, "Teruskan saja lakumu
kalau kau ingin jadi perawan tua."

Segera ia berlari ke depan cermin menyadari wajahnya penuh kerut.
Sedang di balik punggung, tiga karibnya telah menggandeng pasangan.
Cekatan ia usap wajah dengan telapak yang penuh peluh.
"Aku masih muda," katanya.

Suatu siang menjelang pesta pernikahannya,
karna tak ada lauk, ia bikin sambal dan
menambahkan begitu saja nasi di atasnya.
Ia habiskan nasi sebakul. Di tiga suapan terakhir ibunya datang,
"Hentikan! Pestamu pasti akan diserang hujan tiada henti."

Seketika perutnya berasa dikocok. Ia paksa keluar
semua isi perut. "Aku tak ingin Ibu merugi lantaran
tak ada tamu yang datang."

Seminggu berlalu
Ia tak lagi makan. Nafsunya telah hilang sebab
tak boleh buat posisi idaman

Berdiri ia di depan jendela kamar menghadap
ke arah matahari terbenam.
Dalam hati ia berucap,
"Selamat tinggal kutukan-kutukan."

Saat ibunya masuk keesokan harinya,
membawa seorang perias pengantin
ia terkejut hingga lemas.
Anaknya telah menjelma sebuah patung.


22:59

TA/17072014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar