Lagi, Aku mencium
aroma tubuhmu. Ya, kau ada
disini, di
sekitarku, di gerbong ini. Celingukan aku
mencarimu kala baumu mendekat. Ringkih tubuhmu tak mengubah air mukamu
melukis lelah. Kerut dahimu pertegas matamu yang teduh
mengaduh. Aku tenggelam dalam lamunan. Teguni rupa dirimu
Semenit kemudian,
engkau telah berdiri di depan seorang
bapak berkacamata kuda.
“Sudikah kau bagi
secuil jatahmu untukku hari ini?” engkau melenguh
Kau mengulanginya.
Dua kali. Tiga kali. Berkali-kali
“Tidakkah kau ingin
menyumbangkan sedikit daging
untuk menutupi
tulang keringku ini?” bujukmu lagi.
Bapak berkacamata kuda tak menoleh.
Tak jelas
apakah ia sadari hadirmu, atau malah ia
tengah tertidur
Engkau tarik ujung bajunya, ia
tergopoh
tidur rupanya ia. Engkau ulangi
mantramu, mantra pengharap belas
“Tidakkah kau lihat, tulangku pun hanya berbalut kulit.” di luar sangkaan,
ia berang
“Mungkin aku akan
mati jika kau enggan berbagi,” kau terus
mengaduh
“Bukan ku tak mau berbagi, hanya kurasa butuhku belum lagi terpenuhi.
Bagaimana mungkin aku
memangkaskan
sedikit untukmu?!
Mintalah pada
Tuhanmu, sebagaimana kulakukan pada Tuhanku
Atau kita akan
mati bersama”
Dan ini adalah nyata: menyaksikanmu kembali disini
Di tempat yang sama seperti dua hari lalu
adegan serupa dua minggu lampau
Saat tak sengaja
bertemu
denganmu,
pengemis kecil tanpa alas kaki
09:55
Tulungagung,
12/03/2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar