Sabtu, 14 November 2015

LAGI

Lagi, Aku mencium aroma tubuhmu. Ya, kau ada
disini, di sekitarku, di gerbong ini. Celingukan aku
mencarimu kala baumu mendekat. Ringkih tubuhmu tak mengubah air mukamu
melukis lelah. Kerut dahimu pertegas matamu yang teduh
mengaduh. Aku tenggelam dalam lamunan. Teguni rupa dirimu

Semenit kemudian,
engkau telah berdiri di depan seorang bapak berkacamata kuda.
“Sudikah kau bagi secuil jatahmu untukku hari ini?” engkau melenguh
Kau mengulanginya. Dua kali. Tiga kali. Berkali-kali
“Tidakkah kau ingin menyumbangkan sedikit daging
untuk menutupi tulang keringku ini?” bujukmu lagi.
Bapak berkacamata kuda tak menoleh. Tak jelas
apakah ia sadari hadirmu, atau malah ia tengah tertidur

Engkau tarik ujung bajunya, ia tergopoh
tidur rupanya ia. Engkau ulangi
mantramu, mantra pengharap belas
Tidakkah kau lihat, tulangku pun hanya berbalut kulit.” di luar sangkaan,
ia berang

“Mungkin aku akan mati jika kau enggan berbagi,” kau terus mengaduh
Bukan ku tak mau berbagi, hanya kurasa butuhku belum lagi terpenuhi.
Bagaimana mungkin aku
memangkaskan sedikit untukmu?!
Mintalah pada Tuhanmu, sebagaimana kulakukan pada Tuhanku
Atau kita akan mati bersama

Dan ini adalah nyata: menyaksikanmu kembali disini
Di tempat yang sama seperti dua hari lalu
adegan serupa dua minggu lampau
Saat tak sengaja bertemu
denganmu, pengemis kecil tanpa alas kaki
09:55

Tulungagung, 12/03/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar