Sabtu, 14 November 2015

Mataku untuk Ibu Guru

Hari ini aku libur.
Bapak  dan ibu guru sedang rapat,
katanya.
Tak mau tinggal sendiri di rumah, aku
merengek ikut Ibu mengajar.
Ibuku juga seorang guru.
Ibu merestui setelah membikin perjanjian,
aku tak boleh ikut masuk kelas.

Sesampai di sekolah, ibu mengajakku ke kamar guru.
Waow.. luas sekali. Harum pula.
Tapi tak ada penghuni.
Ibu bilang,
“Mungkin sedang mengajar.”

Bel berbunyi, ibu masuk kelas. Berganti dua ibu guru
membiarkanku tanpa tanya.
Mereka mulai bercerita ngalor-ngidul.
Kasihan ibuku,
Berkali-kali namanya disebut. Mungkin ibu baru saja berbuat khilaf.

Mendengarnya aku mengkal.
Ingin ku bedaki bagai bayi celah-celah kulitnya.
Ku salepi borok di hatinya.
Biar cepat sembuh

Kelak,
aku tak ingin menjadi guru
yang pandai bikin alasan dan
pintar merangkai aksara cela
11:07
TA/01/09/14
Di sela-sela piket PPL seorang diri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar