Oleh: Nurul Istiqomah
Gondrong, sebuah sebutan untuk gaya rambut yang
disandangkan pada kaum pria dengan
panjang melebihi pria pada umumnya. Sebenarnya gaya rambut seperti ini sudah
ada sejak zaman para nabi bahkan menjadi trend masa itu, namun entah kenapa
seingatku selama aku hidup belum pernah sekalipun aku bersimpati pada model
rambut ini. Perempuan berambut panjang akan terlihat lebih cantik (katanya)
namun sebelumnya maaf aku sampaikan untuk para pria berambut gondrong, menurutku rambut gondrong justru
mengurangi 30% ketampananmu. Sungguh. Sekali lagi maaf . Mungkin beberapa pria
berambut gondrong sudah tak memikirkan akan terlihat seperti apa dirinya.
Mengenai alasannya itulah yang tak habis kupikir. Apa
sebenarnya yang mendorongnya berpenampilan seperti itu belum aku tahu pasti
sampai sekarang. Pernah suatu ketika aku bertanya pada temanku yang sebenarnya
bukan pria gondrong (saat itu aku belum berteman dengan pria gondrong) tentang
alasan pria membiarkan rambutnya tumbuh liar. Bukannya menjawab, dia justru
memanggil dan melontarkan pertanyaanku pada teman gondrongnya yang tengah lewat
di sebelah kami. Reflek ia menjawab sambil lalu, “Ben urip”. Jawaban yang aku yakin bukan dari hati. Kalau toh
memang itu alasannya pastilah akan dengan mudah terbantahkan oleh kenyataan
bahwa lebih banyak pria berambut sebagaimana pria sewajarnya dan mereka masih
hidup hingga sekarang. Sedikitpun tidak mengurangi jatah umurnya. Konyol.
Semoga itu bukan alasan sesungguhnya. Atau kalaupun itu adalah tuntutannya
sebagai seorang aktifis, apakah kemudian kondisi rambutnya akan mempengaruhi
kekritisannya? Ku rasa tidak. Aktifis kritis berambut cepak, berpenampilan rapi
akan jauh terlihat lebih keren. Lebih tepatnya sedap dipandang mata, walau aku
tahu mereka tak butuh itu. Alasan terkaanku lainnya adalah mereka melakukannya
atas pengaruh lingkungan. Bisa jadi mereka hanya sebagai follower. Atau
mungkin... Ah, sudahlah.. kucukupi saja alasan khayalku. Alasan sebenarnya itu
yang masih menjadi pertanyaan. Tak cukup penting untuk dipikir memang, namun berulang
kali datang menggelitik, seperti saat ini. Semoga setelah ini ada yang berkenan
membantu memberi penjelasan sebagai pembunuh rasa penasaran. Mustahil bukan melakukan
sesuatu tanpa alasan?
Melihat fakta
bahwa kebanyakan pria enggan atau bahkan kurang mampu merawat rambut
gondrongnya sebagaimana kebanyakan wanita memperlakukan rambut mereka yang
panjang, kalaulah boleh aku berpesan pada para gondrongers, rawatlah mereka
jika itu memang menjadi keputusanmu membiarkan
mereka hidup lebih lama. Kasihan
rambutmu juga orang sekitarmu jika kamu mengabaikannya. Sungguh membiarkan
rambut tumbuh panjang butuh perhatian khusus. Aku merasakannya meski aku tidak
bisa digolongkan sebagai gondrongers.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar