Sabtu, 14 November 2015

GONDRONG

Oleh: Nurul Istiqomah

Gondrong, sebuah sebutan untuk gaya rambut yang disandangkan pada kaum pria  dengan panjang melebihi pria pada umumnya. Sebenarnya gaya rambut seperti ini sudah ada sejak zaman para nabi bahkan menjadi trend masa itu, namun entah kenapa seingatku selama aku hidup belum pernah sekalipun aku bersimpati pada model rambut ini. Perempuan berambut panjang akan terlihat lebih cantik (katanya) namun sebelumnya maaf aku sampaikan untuk para pria berambut  gondrong, menurutku rambut gondrong justru mengurangi 30% ketampananmu. Sungguh. Sekali lagi maaf . Mungkin beberapa pria berambut gondrong sudah tak memikirkan akan terlihat seperti apa dirinya.
Mengenai alasannya itulah yang tak habis kupikir. Apa sebenarnya yang mendorongnya berpenampilan seperti itu belum aku tahu pasti sampai sekarang. Pernah suatu ketika aku bertanya pada temanku yang sebenarnya bukan pria gondrong (saat itu aku belum berteman dengan pria gondrong) tentang alasan pria membiarkan rambutnya tumbuh liar. Bukannya menjawab, dia justru memanggil dan melontarkan pertanyaanku pada teman gondrongnya yang tengah lewat di sebelah kami. Reflek ia menjawab sambil lalu, “Ben urip”. Jawaban yang aku yakin bukan dari hati. Kalau toh memang itu alasannya pastilah akan dengan mudah terbantahkan oleh kenyataan bahwa lebih banyak pria berambut sebagaimana pria sewajarnya dan mereka masih hidup hingga sekarang. Sedikitpun tidak mengurangi jatah umurnya. Konyol. Semoga itu bukan alasan sesungguhnya. Atau kalaupun itu adalah tuntutannya sebagai seorang aktifis, apakah kemudian kondisi rambutnya akan mempengaruhi kekritisannya? Ku rasa tidak. Aktifis kritis berambut cepak, berpenampilan rapi akan jauh terlihat lebih keren. Lebih tepatnya sedap dipandang mata, walau aku tahu mereka tak butuh itu. Alasan terkaanku lainnya adalah mereka melakukannya atas pengaruh lingkungan. Bisa jadi mereka hanya sebagai follower. Atau mungkin... Ah, sudahlah.. kucukupi saja alasan khayalku. Alasan sebenarnya itu yang masih menjadi pertanyaan. Tak cukup penting untuk dipikir memang, namun berulang kali datang menggelitik, seperti saat ini. Semoga setelah ini ada yang berkenan membantu memberi penjelasan sebagai pembunuh rasa penasaran. Mustahil bukan melakukan sesuatu tanpa alasan?

 Melihat fakta bahwa kebanyakan pria enggan atau bahkan kurang mampu merawat rambut gondrongnya sebagaimana kebanyakan wanita memperlakukan rambut mereka yang panjang, kalaulah boleh aku berpesan pada para gondrongers, rawatlah mereka jika itu memang menjadi keputusanmu membiarkan  mereka hidup lebih lama.  Kasihan rambutmu juga orang sekitarmu jika kamu mengabaikannya. Sungguh membiarkan rambut tumbuh panjang butuh perhatian khusus. Aku merasakannya meski aku tidak bisa digolongkan sebagai gondrongers.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar